Kemarin saya dapat kesempatan didandani ala-ala Brides alias
pengantin wanita oleh salah seorang teman kantor saya. Sebagai seorang gadis
yang bertumbuh dengan cerita-cerita happy ending sang puteri raja yang akhirnya
menikah dengan seorang pangeran tampan nan baik hati, saya pun merasakan
sensasi yang berbeda pada saat saya berdandan dan mengenakan tile pemberkatan.
Saya memang suka sekali melihat foto-foto wanita mengenakan gaun pengantin,
lengkap dengan riasan yang semarak dan glamor. Nah, kebetulan saya dengan kakak
perempuan saya, sama-sama menggandrungi
kostum pengantin wanita. Kami pun tidak jarang menyempatkan membuka halaman
website kumpulan perancang busana pernikahan yang sedang tren. Hari ini,
setelah selesai saat teduh bersama dengan rekan-rekan di kantor membaca sebuah
artikel mengenai bagaimana cara untuk bersuka cita di dalam lingkungan
pekerjaan.
Yesaya 61:10
Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di
dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran,
seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti
pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Di sana digambarkan bahwa umat tebusan Tuhan seperti halnya
pengantin … J
Yang kemudian terlintas di benak saya adalah kemudian menulis…
saat ini adalah kesempatan yang baik karena pengalaman didandani menjadi ‘mempelai
wanita’ barangkali bukanlah hal yang dapat di alami oleh semua wanita single.
Jadi, saya berkesimpulan bahwa saya adalah gadis yang beruntung itu. Setiap
kali saya mungkin merasa kecewa dengan keadaan di sekitar saya, saya akan
mengingat hari itu: di mana saya didandani secantik permaisuri. Sungguh
menggugah hati saya, apabila Bapa di surga ternyata memperlakukan kita,
puteri-puteri kecil-Nya seperti layaknya seorang yang mendandani mempelai wanita.
Tentu saja, perhiasan yang dimaksudkan di sini bukanlah secara lahiriah, namun
perhiasan yang berupa kecantikan batiniah. 1 Petrus 3:4-5 “...perhiasanmu
janganlah secara lahiriah, …. Tetapi perhiasanmu adalah manusia batiniah yang ‘tersembunyi’ dengan perhiasan yang tidak
binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat
berharga di mata Allah.”
Yang tersembunyi?
Sejujurnya saya bingung kenapa yah Rasul Petrus menggunakan
kata ‘tersembunyi’ a.k.a hidden pada
waktu ia menggambarkan tentang kecantikan seorang wanita. Ada beberapa hal yang
mungkin ia ingin sampaikan melalui kata yang khusus ini:
Satu hal yang gadis-gadis Kristen sering kali ngga sadar
adalah bahwa pada waktu mereka tumbuh menjadi remaja yang akhirnya sampai pada
tahap gadis dewasa, ada banyak nilai-nilai yang diperhadapkan dengan mereka,
atau katakanlah saya.. :D Ada kalanya, orang-orang di sekitar saya, mulai
membuat saya tidak nyaman dengan statusisasi saya..( vickynisasi victim bgt,
cing!) Saya mulai membandingkan diri saya dengan teman-teman yang sudah
memiliki pasangan hidup juga kehidupan yang kelihatannya jauh lebih enak dari
saya. Saya mulai meragukan apakah nilai-nilai dalam diri saya itu memang layak
dipertahankan. Sedih dan menyesal memang kalau mengingat saat-saat itu. Kalau
saja saya cukup rendah hati, mengakui bahwa saya pun masih ada kelemahan dan datang
pada Tuhan dalam saat-saat tersulit saya, tentunya saya tidak perlu melakukan
kesalahan yang rasanya konyol. Saya yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan
saya, namun kadang merasa cukup kuat untuk menjalani hidup saya tanpa bimbingan
dari Tuhan. Kembali lagi ke poin saya yang pertama, bahwa, princess (panggilan akrab aku buat readers)..
kita perlu menyadari keberadaan kita di dalam Tuhan, bahwa di dalam Kristus,
kita adalah ciptaan baru dan hidup kita tersembunyi di dalam Kristus.
Hal lain yang mungkin mau disampaikan sama Om Pet itu dapat
berbicara tentang peran wanita-wanitanya Kristus di dalam tatanan keluarga dan
masyarakat. Sebagai orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan anak,
saya memiliki kesempatan langsung berhubungan dengan anak-anak. Sering sekali,
saya memperhatikan dan ngobrol-ngobrol sama mereka. Saya memang anak yang
sangat beruntung memiliki ibu yang memilih profesi yang dipandang remeh oleh ibu-ibu
zaman sekarang: housewife. Sungguh
kasih sayang ibu yang mendidik dan mendampingi pertumbuhan anak adalah suatu
hal yang langka bagi anak-anak di era ini. Maklum, sekarang semua serba instan.
Kalau punya anak, ya… kasih aja suster atau mbak.. Kalau anaknya perlu makan,
tinggal suruh mbak siapin. Kalau perlu belajar, tinggal kasih guru les. Easy,
yes? NO!!! Life is simple, but not that easy! Kamu menikah, lalu Tuhan menitipkan anak melalui
rahimmu, atau mungkin melalui seorang ibu lainnya yang mengandung dan
memberikan izin untuk kamu membesarkan anak itu.; semua hal itu tidaklah
kebetulan. Bahkan semua hal itu sudah Tuhan tuliskan dalam rancangan besarNya,
sebelum dunia ini diciptakan.
Princess, memang dalam dunia ini kamu lihat begitu banyak
peran wanita yang diselewengkan demi kepentingan yang sifatnya fana alias nggak
kekal. Ibu-ibu bekerja mati-matian, berangkat subuhhh… pulang sampe jauh malam.
Bahkan parahnya lagi, adalah ketika anak-anak tumbuh tanpa ‘sentuhan’ dari ibu
dan bapaknya. Tentunya, di sini saya bukan menganggap bahwa peran ayah itu
lebih kurang penting dari ibu. Tugas ayah, seperti yang saya baca dari
decorative glass anak-anak SD adalah bekerja
dan bermain bersama anak, nah tugas anak adalah belajar dan menerima
kasih sayang dari orang tua serta keluarga. Sekarang, seorang wanita berperan
menjadi ‘benteng’ di dalam rumah tangganya. Bukan berarti juga ibu-ibu tidak
boleh punya penghasilan tambahan atau pergaulan di luar rumah. Itu sangat
ekstrim, saya kira… Untuk dapat mengatur
waktunya dengan seimbang, seorang ibu harus banget punya skala prioritas.
Maksudnya, porsi terbesar dalam membagi waktu dan tenaganya adalah untuk
mengatur dan memastikan bahwa segala hal di dalam rumah berjalan dengan baik.
Lebih jauh lagi, tugas-tugas wanita itu sifatnya memang lebih
‘sepele’. Kenapa saya bilang begitu? Coba kita pikirkan pekerjaan rumah tangga
seperti cuci dan setrika pakaian, sapu dan pel lantai, masak buat keluarga, dan
segambreng kerjaan perintilan yang lain…. Pernah suatu kali, ibu saya bilang
pada saya bahwa pekerjaan seorang ibu rumah tangga itu adalah sangat
membutuhkan kesabaran dan ketekunan, sebab kalau dilihat-lihat jarang ada orang
yang memuji pekerjaannya… reward-nya pun biasanya bukan bersifat material atau
tampak. Kalau dipikir-pikir benar juga, sebab pekerjaan kaum bapak lebih
terlihat ‘nyata’ dan ‘bernilai’ secara materi. Makanya, princess, hidup ini
adalah pilihan.. Jadi, apapun pilihanmu, pastikan bahwa kamu dapat bertanggung
jawab atas hal itu baik di dalam dunia yang sementara ini, maupun dalam
kekekalan.